Bagi kalian yang sekarang berusia kepala tiga atau dibawahnya sekitar 2-3 tahun,mungkin sempat merasakan bagaimana dahsyatnya musik metal mengobrak-abrik pasar musik dunia di awal era 80an sampai dengan akhir 90an. walaupun sebagian metalhead beranggapan bahwa musik metal tidak pernah menjadi mainstream alias tetap di jalur underground tapi bagi saya pribadi musik metal pernah popular dan mempunyai arti tersendiri bagi remaja pada masa itu selain gelombang musik rock,new wave,disco,hip hop ataupun pop. saya masih ingat betul waktu saya duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar melihat bagaimana pak de (paman) saya (sekarang sudah meninggal dunia akibat kecelakaan ) berdandan ala rob halford vokalis judas priest untuk datang ke show musik rock di stadion notohadinegoro tanpa pernah mengetahui esensi dari rock itu sendiri ( karena keterbatasan informasi pada saat itu).dari beliau juga saya banyak mendapatkan referensi musik album2 band rock dan metal dunia seperti:iron maiden, helloween, van hallen, bon jovi, motley crue dll.
adalah lagu “kehidupan”nya god bless yang pertama kali meracuni saya untuk lebih mengenal musik jenis ini. dengan menumpang televisi di rumah tetangga sebelah, aku tidak pernah melewatkan menonton klip(?) lagu tersebut ketika muncul di acara musik pada waktu itu seperti selekta pop, album minggu ini atau kamera ria. dan hanya untuk mendapatkan kaset album “semut hitam”nya god bless, aku rela menangis merengek-rengek kepada orang tuaku di depan toko kaset agar dibelikan kaset tersebut.ha…ha…biasalah anak kecil.kebetulan juga rumahku waktu itu berhadapan dengan rumah pakdeku yang gila musik cadas sehingga aku mempunyai akses untuk mengetahui lebih banyak tentang musik metal…...dan dari sinilah semuanya berawal……………
sekarang saya beralih pada pembahasan dimana saya mulai mengenal yang namanya “hardcore”.
setelah kurang lebih 8 tahun aku menjadi pecandu musik rock dan metal ( selain itu aku mulai mencoba mendengarkan musik instrumental ala kitaro, klasik, atau soundtrack film dan iseng-iseng ngeband dengan beberapa kawan di bangku SMA), telingaku terpukau mendengarkan lagu-lagu yang dibawakan oleh band cadas biohazard . pada masa itu gelombang musik alternatif mulai berkembang pesat seiring dengan lagu “small like teen spirit”nya nirvana mengacak –acak top chart musik dunia.usut punya usut jenis musik yang dibawakan oleh biohazard tersebut dinamakan hardcore, dan istilah itu aku dapatkan ketika aku mengambil studi kuliahku di sebuah perguruan tinggi swasta di kota
bandung. dari sinilah awal aku bergulat dengan yang namanya scene independent atau D.I.Y ( do it yourself). kaset lokal pertama kali
yang aku dapatkan untuk genre musik seperti ini tidak lain dan tidak bukan adalah ep pertama band hardcore legendaris setempat dan juga mungkin nasional,puppen “not a pup ep”. jujur, kaset inilah titik awal yang membuat saya menjadi seperti saya yang sekarang menulis tulisan ini. dengan dibantu seorang kawan yang intens di scene black metal, aku mulai dikenalkan album-album lainnya yang waktu itu dilabelkan hardcore seperti : RATM, dog eat dog, sick of it all, korn (waktu itu masih belum menjadi band besar),dll. karena alasan tertentu, aku tinggalkan studiku di bandung dan pindah di malang setelah satu tahun merasakan sejuknya kota parahiyangan.
ditengah-tengah kesibukanku kuliah di malang, aku kembali ngeband dengan kawan-kawanku yang merupakan tetangga rumahku di jember. karena faktor jarak antara malang-jember yang tidak begitu jauh, aku sering pulang kampung.hampir tiap minggu aku gunakan pulang untuk sekedar latihan dan sharing dengan bandku. dilain sisi aku juga mulai aktif berkomunikasi dengan komunitas “punkernative” ( singkatan dari punk dan alternatif, kalo nggak salah ) yang merupakan cikal bakal terbentuknya “total riot community”. dari sini aku mulai lebih aktif dengan scene underground/independen.
selain punkernative, pada waktu itu ada juga komunitas “sacrificial corpses” yang mengkhususkan pada genre musik underground jenis death metal, black metal dan grindcore. seperti yang dialami di berbagai kota di Indonesia pada umumnya, pada pergerakan awal scene underground/independen pasti terjadi permusuhan antara penggila musik punk/hardcore dengan penggila musik death/black/grindcore. hal ini juga berlaku di jember. bahkan di komunitas punkernative yang aku ikuti, terdapat jargon-jargon anti kemapanan, fuck metal, pop is dead dll yang intinya menyerang berbagai hal yang berbau popular, mainstream, rockstar dan metal. pasti kita juga masih ingat, di tiap album lokal band punk/harcore terdapat list “no thank to:” karena jargon tersebut, agar tidak dianggap pengkhianat komunitas atau supaya tidak dianggap borok, follower, abal-abal, trendy ( ha…ha…ha….pasti kita semua ingat isitilah ini kan ) aku jual semua koleksi kaset metalku yang dulu aku dapat dengan susah payah ( alias menabung bahkan sampe penggelapan uang spp sekolah ) dan kuganti dengan kaset-kaset punk/hardcore seperti:NOFX, bad religion, madball, sex pistol, downset dan kaset kopian band-band hardcore independen yang aku dapatkan dari scenester underground malang seperti earth crisis ( band ini juga sempat merubah pandangan hidupku), ignite, minor threat, 7 seconds, youth of today, backfire, Brightside dll. hal yang mungkin paling bodoh aku lakukan kalo diingat ( tapi dulu itu sesuatu yang cool,man) adalah mengumpat band-band cover yang membawakan lagu2 dari band rock atau metal yang sebelumnya aku puja ketika ada event musik di kampus2 perguruan tinggi jember.bersama kawan-kawan di komunitas punkernative, kami dengan penuh amarah mencemooh mereka. entah apa tujuannya, yang jelas menurut kami itu adalah hal yang menyenangkan.dan ketika giliran band dari komunitas kami tampil, dengan stage act yang cenderung destruktif, kami semua menggila dibawah panggung menikmati lagu punk/hc yang disuguhkan. nggak peduli sound yang keluar seperti apa, yang penting having fun.
puncak kreatifitas, solidaritas dan kepedulian sosial komunitas kami adalah dengan membuat sebuah event dengan titel, “pentas sosial alternative 12 jam” dimana hampir semua band alternative, punk, hardcore di jember bahkan bondowoso ikut ambil bagian dalam event ini. dengan semangat anti komersial ( karena kami waktu itu senang dengan istilah yang berbau “anti” ), event ini akhirnya menginspirasi event-event kampus lain dengan tema sosial yang diangkat. adalah sebuah keharusan tiap band yang tampil untuk menyumbang beras sebanyak 2,5 kg.(kayak zakat ya…) yang kemudian kita sumbangkan ke salah satu panti asuhan di jember. event in juga sempat dihadiri beberapa scenester underground dari kota malang yang akhirnya menjadi akses informasi bagi kami di jember.kembali pada term “agar tidak dianggap pengkhianat”,”biar tidak dibilang follower” atau “ supaya tidak dikucilkan dari scene underground jember” kami akhirnya menganggap musik alternatif ( pada waktu itu band2 seperti pearl jam, soundgarden, nirvana, alice in chains dll) sebagai musik komersial (karena dirilis mayor label) dan bukan bagian dari scene underground. karena pengaruh term tersebut yang begitu kuat diantara kawan-kawan yang intens di scene punk/hc akhirnya kawan2 yang sebetulnya banyak memberikan kontribusi kepada komunitas ini,harus tersisihkan hanya karena mereka tetap menjadi pecandu musik alternatif ( tetapi akhirnya mereka kembali bergabung dengan kami setelah kami melalui proses pendewasaan diri dan kemudian bergerak bersama membangun scene punk/hc di kota jember tercinta ini ). sesuatu yang seharusnya tidak perlu terjadi, tapi itulah realita dari sebuah proses.
setelah proses pemisahan tersebut, komunitas ini berubah nama menjadi total riot community. kamipun mulai mencoba bersahabat dengan komunitas “sacrificial corpses” yang sebelumnya musuh bebuyutan kami dan mencoba menghantarkan nama komunitas kami di blantika per- underground-an Indonesia dengan mengaktifkan jaringan komunikasi dengan komunitas2 underground lain khususnya scene punk/hc di berbagai kota2 di Indonesia. saya sendiri mulai aktif berkomunikasi dengan kawan2 di kota2 lain terutama malang, bandung dan Jakarta ( karena waktu itu tiga kota besar tersebut menurutku mempunyai scene underground yang cukup bagus dan mempunyai akses informasi yang cukup kuat ) untuk mendapatkan referensi baik musik ataupun literatur dan aku mencoba intens di scene hardcore yang menurutku secara fashion sangat casual sesuai dengan karakteristikku yang tidak begitu senang dengan fashion yang amburadul dan corak musik yang menurut aku dapat memberikan energi besar buat aku yang waktu itu memasuki fase pencarian identitas diri.inilah alasan awal mengapa aku memilih intens di scene hc.
seiring dengan perkembangan informasi di scene hc itu sendiri dan masuknya fasilitas media internet dalam pergerakan underground ( selain media fanzines dan newsletter),ternyata ada dua kelompok besar dalam scene hc yang pada waktu itu diistilahkan dengan “old school” dan “new school”. “old” mewakili genre musik hc di awal sampai akhir era 80an,band2nya seperti: minor threat,bad brain, murphy’s law, youth of today, gorilla biscuit dll dan mencapai puncak kejayaannya di tahun 1988 di negeri paman sam sana, sedangkan “new” mewakili genre musik hc era awal 90an sampai sekarang ( yang kita kenal saat ini dengan istilah “metalcore”) yang berani melakukan terobosan baru di segi sound dengan mengkombinasikan riff2 gitar groovy dengan part2 musik metal. sejauh pengamatan saya band2 pelopor genre musik hc seperti ini adalah dari scene H8000 CREW belgia dengan record labelnya “ good life recording” seperti : congress, liar, unbroken, harvest,dll. wabah ini juga diikuti oleh band2 usa seperti:earth crisis, morning again, onekingdown dll. selain pengelompokan tersebut, hc juga menawarkan gaya hidup alternatif - positif yang hingga saat ini memiliki massa yang solid yaitu “straight edge”. entah karena faktor apa, aku juga sempat menjalani gaya hidup ini selama kurang lebih 4 tahun.
ditengah-tengah pergerakan scene punk/hc di jember, ada momen-momen penting yang terjadi dalam hidupku dan komunitas kami,seperti keluarnya aku dari kuliah dan memutuskan menikah dengan gadis pilihanku hingga sekarang dikaruniai seorang putra berusia 4 tahun,menggelar event fenomenal "gerilya bawah tanah" yang masih tetap aktif sampai saat ini,membuka ruang diskusi dengan organ2 kampus,merilis album rekaman yang dibuat dengan etos D.I.Y(sekarang menjadi absurd dan lebih dikenal dengan istilah indie),membuat media wacana publik(fanzine,newsletter,
pamflet,leaflet,grafiti,etc
,membentuk kolektif "freepass" yang merupakan cikal bakal terbentuknya "gerimis diskolektif",membuka ruang publik seni dan budaya hingga terjadinya regenerasi yang diawali dengan demoralisasi pada kawan – kawan yang terlibat dalam scene punk/hc jember dan juga kurang kuatnya infrastruktur yang dibangun.untuk persoalan ini mungkin akan aku bahas pada tulisanku di edisi selanjutnya, mengingat keterbatasan ruang yang ada.
kembali ke istilah new school tadi, karena kecintaanku pada musik metal sejak kecil ( disertai semangat ingin “ jadi diri sendiri” ) akhirnya aku lebih intens mendengarkan musik hc dari band2 new school dan mencoba memainkannya dengan bandku,dan karena kerinduanku disertai hasrat ingin bernostalgia, selain mendengarkan band2 metalcore
( istilahnya saat ini), aku mulai aktif hunting rilisan2 band2 metal lama yang dulu sudah aku jual, baik itu kaset,cd,vcd,ataupun dvd bahkan download melalui internet hingga sekarang .
ya, sebuah kecintaan yang bermuara pada jati diri yang saat ini tidak perlu ditutup-tutupi lagi, tidak ada perasaan takut untuk tidak diakui, bahkan tanpa pelabelanpun.aku akan tetap berjalan dengan semua kemampuanku dan ketidakberdayaanku menghadapi kerasnya realita hidup untuk bergerak pada satu titik yang akhirnya hanya aku sendiri yang mengetahuinya.dengan iringan soundtrack musik metal tentunya dan juga musik lain yang tentunya juga akan aku pilih sendiri, aku akan terus bergerak hingga puing integritas terakhir yang aku miliki untuk satu ketidakyakinanku pada satu keyakinan yang mungkin tidak akan pernah aku yakini.